Puisi Zikir Seekor Cacing Karya: Ahmadun Yosi Herfanda. Puisi: Zikir Seekor Cacing Karya: Ahmadun Yosi Herfanda. Sepenuhnya Tidak setengah-setengah. Sitemap Puisi: Tanah Air Mata (Karya Sutardji Calzoum Bachri) Puisi: Yang Paling Menakjubkan (Karya Sapardi Djoko Damono) Puisi: Menyesal (Karya Ali Hasjmy) Topik Bacaan Akuntansi. Android. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Analisis Intertekstual Puisi "Tapi" Karya Sutardji Calzoum Bachri dengan Puisi "Gumamku, ya Alloh" Karya RendraAlfi Lutfiana ZahroiniK1220008Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaPENDAHULUANPuisi sebagai salah satu karya sastra yang dalam penyampaiannya menggunakan bahasa sebagai media perantara komunikasi menjadi sesuatu yang penting untuk ditelaah isi dan kemunculan puisi. Puisi sebagai salahsatu alat atau media yang merekam berbagai aktivitas hidup dan kehidupan memiliki peran yang berarti dalam khasanah kesastraan. Peristiwaperistiwa yang dianggap penting dalam kehidupan dapat diungkapkan oleh penyair maupun penulis melalui pemilihan puisi sebagai sarana menulis. Kebebasan dalam menulis puisi tanpa dihalang-halangi oleh penggunaan syarat dalam menulis puisi merupakan langkah untuk memberikan kebebasan bereskpresi kepada para penulis. Puisi sebagai media yang digunakan untuk menyampaikan perantara pesan kepada pembaca merupakan cara pandang penulis tentang gejala-gejala yang ditangkap penulis sehingga penting untuk direkam dalam bahasa puisi. Waluyo dalam Wisang, 2014 12 menjelaskan puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias imajinatif. Imron dalam Aminuddin, 1990 142 puisi memang bisa juga sebagai konfirmasi terhadap kenyataan sosial. Kalau ia hanya menggambarkan gejala sosial itu tanpa sikap, menurut Kuntowidjaja dapat disebut sebagai sastra simtomatik karena tugasnya hanya menggambarkan saja. Selain itu, puisi bisa juga menjadi kritik sosial, ia akan mencoba menganalisis gejala-gejala sosial dengan mempertentangkan sistem simbol dan juga sistem sosial. maka muncullah sastra dialetik. Pemilihan kata, bahasa, dan makna dalam puisi merupakan salah satu penekanan menulis puisi yang selama ini masih terjadi di kalangan penyair. Melalui pemilihan kata, bahasa yang sesuai dengan pemilihan maka akan terbentuk kepadatan dalam makna puisi. Namun hal ini menjadi salahsatu kebiasaan yang terjadi ketika penyair membuat puisi yaitu dilakukan "seleksi kata" terhadap bahasa yang digunakan dalam menulis puisi. Bahasa yang biasanya digunakan dan dipahami oleh oranglain "bahasa sederhana", serta tidak adanya penggunaan bahasa yang "mendayu-dayu", ibarat sulit dipahami oleh orang lain merupakan salah satu langkah untuk memberikan puisi yang mudah dipahami oleh orang lain. Era sekarang ini yaitu semua tulisan menggunakan media internet atau teknologi digital menjadi salah satu cara mudah dalam berkarya. Sastra cyber misalnya yang menjadi salah satu media perantara berkarya setiap orang, kini penulis dengan mudah menghasilkan serta mempublikasikan karyanya tanpa terlebih dahulu melewati editor maupun penyunting. Namun, sering khalayak umum memberikan penilaian kepada karya yang ada di media massa tersebut "belum handal" dan diuji secara utuh karya mereka. Hal ini dikarenakan setiap orang dapat mempublikasikan karya mereka dengan mudah. Puisi pada khususnya terdapat diberbagai media massa baik media online maupun ofline. Adanya berbagai media yang dapat memuat karya sastra khususnya puisi sebagai salahsatu jenis karya sastra yang dapat dijadikan sebagai langkah dalam menuangkan karya sastra. Penyair-penyair seperti Sutardji Calzoum Bachri, Remy Sylado, Darmanto Jatman merupakan para penyair yang menuliskan puisinya melalui langkah membebaskan diri dari syarat penulisan puisi. Puisi tidak lagi menjadi hal yang "sangat rumit" yaitu harus menggunakan bahasa yang indah, bahasa yang bermajas, serta pemilihan kata yang benar-benar dipilih untuk mewakili isi puisi. Namun puisi yang dimaksud yaitu puisi yang didalamnya mengunakan bahasa sehari-hari, yang mudah dipahami oleh pembaca. Cara pandang seperti inilah yang menjadikan puisi menjadi bebas untuk dituliskan oleh siapa saja dengan bahasa yang mudah digunakan dan disampaikan dengan leluasa. Asal-usul setiap kemunculan puisi merupakan dasar mengetahui topik, tema, dan isi yang terdapat dalam puisi. Teks yang terdapat dalam puisi tidak bisa lepas dari konteks atau hal-hal yang ada di luar kemunculan puisi, sehingga menjadi penting untuk diketahui keadaan yang melingkupi permasalahan kemunculan puisi itu sendiri. Pradopo 2009 49 mengungkapkan dengan terbitnya sajak-sajak angkatan lama yang "established" dan penyair baru yang memperkenalkan gaya baru, maka dalam periode 1970-1990 ini ada bermacam ragam puisi. Para penyair baru yang muncul akhir tahun 1960-an dan sesudah tahun 1970 adalah Sutardji Calzoum Bachri, Ibrahim Sattah, Abdul Hadi Wm, Tuti Herati, Kuntowijoyo, Sides Sudiyarto, Linus Suryadi Ag., Emha Ainun Nadjib, Yudhistira Ardi Nugroho, F. Rahadi, Adri Darmadji Woko, Korrie Layun Rampan, Dami N. Jabbar, D. Zawawi Imron, Eko Budianto, Diah Hadaning, Afrizal Malna, Soni Farid Maulana, dan Acep Zamzam Noor, serta Beni Setia. Di samping mereka, masih banyak yang lain, puluhan, bahkan ratusan. Penelitian yang dilakukan oleh Sulaiman 2005 dengan judul "Dimensi Sufistik Puisi-Puisi Sutardji Calzoum Bachri". Metode atau pendekatan yang digunakan adalah metode atau pendekatan filosofis dan semiotik. Penanda utama puisi "Idul fitri" adalah tobat, sedangkan penanda utama puisi "Cermin" adalah "bercermin" dalam pengertian tafakkur dan muhasabah, melakukan perenungan dan introspeksi. Penggunaan kata-kata secara denotatid dan konotatif, metaphor, deviasi gramatikal, paralelisme, repetisi, dan inversi dalam puisi "idulfitri" dan puisi "cermin", menunjukkan fungsinya dalam mendukung penanda utama puisi -puisi tersebut. Puisi sufistik "Idulfitri" dan "Cermin" karya Sutardji Calzoum Bachri, menggambarkan seseorang yang mengangap dirinya telah mencapai maqam peringkat yang tinggi di jalan tasawuf karena merasa telah menjalani pertobatan dengan sungguh-sungguh dan tulus. Dia merasa sudah layak untuk "berjumpa" dengan Tuhan atau malaikat, karena itu dia sangat menginginkan perjumpaan tersebut. Sangat kecewa akibat gagalnya perjumpaan yang sangat dirindukannya itu, dia kemudian "bercermin", bertafakur merenung dan bermuhasabah berintrospeksi. Maka sadarlah dia, bahwa sebagai makhluk sprititual, status dirinya masih sangat rendah. Gambaran itu serupa benar dengan realitas kehidupan sehari-hari manusia. Dengan demikian, karakter tokoh puisi "idulfitri" dan puisi Cermin" merupakan tanda ikonik dari sikap keberagaman kebanyakan Calzoum Bachri merupakan salah satu pencetus puisi konkret yang kemunculannya dianggap sebagai pembaharu dalam dunia perpuisian di Indonesia. Karya-karya Sutardji lebih cenderung memberikan gaya penulisan yang berbeda dengan penyair sebelumnya. Bahasa, pemakaian kata, dan corak puisi lebih memberikan ilustrasi tentang kehidupan yang ada di sekitar masyarakat melalui langkah membebaskan kata dari pengertiannya, namun menggunakan kata sesuai fungsi kata itu sendiri. Kata dapat bermakna dan dapat mengandung logika yang berbeda-beda, namun dalam puisi karya Sutardji seperti puisi "Tragedi Winka dan Sihka", permainan kata digunakan secara baik dan dapat menimbulkan makna yang mendalam dari isi puisi yang ada. Kemunculan puisi "Tragedi Winka dan Sihka" merupakan salah satu pembeda dalam khasanah puisi modern di Indonesia saat itu. Karya-karya Sutardji secara lengkap terdapat dalam buku O AMUK KAPAK tiga Kumpulan Sajak Sutardji Calzoum Bachri Penerbit Sinar Harapan 1981. PEMBAHASANTAPIaku bawakan bunga padamu 1 2 3 4 5 6 7 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya

21Kumpulan Puisi Sutardji Calzoum Bachri. Berita Baru, Surabaya - Puisi Sutardji Calzoum Bachri menjadi salah satu contoh puisi unik di Indonesia. Sutardji memiliki konsepsi tentang kata yang hendak dibebaskan dari kungkungan pengertian dan dikembalikannya pada fungsi kata seperti dalam mantra. Maka sebab itu, Sutardji adalah salah satu

TRAGEDI WINKA & SIHKA Oleh Sutardji Calzoum Bachri kawin kawin kawin kawin kawin ka win ka win ka win ka win ka winka winka winka sihka sihka sihka sih ka sih ka sih ka sih ka sih ka sih sih sih sih sih sih ka Ku Memahami Puisi, 1995 Mursal Esten GAJAH DAN SEMUT Oleh Sutardji Calzoum Bachri tujuh gajah cemas meniti jembut serambut tujuh semut turun gunung terkekeh kekeh perjalanan kalbu 1976-1979 sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri Date Wed, 17 Nov 1999 012704 -0800 Mailing List MSI Penyair Pengirim Nanang Suryadi MANTERA Oleh Sutardji Calzoum Bachri lima percik mawar tujuh sayap merpati sesayat langit perih dicabik puncak gunung sebelas duri sepi dalam dupa rupa tiga menyan luka mengasapi duka puah! kau jadi Kau! Kasihku Memahami Puisi, 1995 Mursal Esten AYO Oleh Sutardji Calzoum Bachri Adakah yang lebih tobat dibanding air mata adakah yang lebih mengucap dibanding airmata adakah yang lebih nyata adakah yang lebih hakekat dibanding airmata adakah yang lebih lembut adakah yang lebih dahsyat dibanding airmata para pemuda yang melimpah di jalan jalan itulah airmata samudera puluhan tahun derita yang dierami ayahbunda mereka dan diemban ratusan juta mulut luka yang terpaksa mengatup diam kini airmata lantang menderam meski muka kalian takkan dapat selamat di hadapan arwah sejarah ayo masih ada sedikit saat untuk membasuh pada dalam dan luas airmata ini ayo jangan bandel jangan nekat pada hakekat jangan kalian simbahkan gas airmata pada lautan airmata malah tambah merebak jangan letupkan peluru logam akan menangis dan tenggelam dikedalaman airmata jangan gunakan pentungan mana ada hikmah mampat karena pentungan para muda yang raib nyawa karena tembakan yang pecah kepala sebab pentungan memang tak lagi mungkin jadi sarjana atau apa saia namun mereka telah nyempurnakan bakat gemilang sebagai airmata yang kini dan kelak selalu dibilang bagi perjalanan bangsa OASE Sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri Republika edisi 28 November 1999 BATU Oleh Sutardji Calzoum Bachri batu mawar batu langit batu duka batu rindu batu janun batu bisu kaukah itu teka teki yang tak menepati janji ? Dengan seribu gunung langit tak runtuh dengan seribu perawan hati takjatuh dengan seribu sibuk sepi tak mati dengan seribu beringin ingin tak teduh. Dengan siapa aku mengeluh? Mengapa jam harus berdenyut sedang darah tak sampa mengapa gunung harus meletus sedang langit tak sampai mengapa peluk diketatkan sedang hati tak sampai mengapa tangan melambai sedang lambai tak sampai. Kau tahu batu risau batu pukau batu Kau-ku batu sepi batu ngilu batu bisu kaukah itu teka teki yang tak menepati janji ? Memahami Puisi, 1995 Mursal Esten BAYANGKAN untuk Salim Said Oleh Sutardji Calzoum Bachri direguknya wiski direguk direguknya bayangkan kalau tak ada wiski di bumi sungai tak mengalir dalam aortaku katanya di luar wiski di halaman anak-anak bermain bayangkan kalau tak ada anak-anak di bumi aku kan lupa bagaimana menangis katanya direguk direguk direguknya wiski sambil mereguk tangis lalu diambilnya pistol dari laci bayangkan kalau aku tak mati mati katanya dan ditembaknya kepala sendiri bayangkan 1977 sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri Date Wed, 17 Nov 1999 012704 -0800 Mailing List MSI Penyair Pengirim Nanang Suryadi LUKA Oleh Sutardji Calzoum Bachri ha ha sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri Date Wed, 17 Nov 1999 012704 -0800 Mailing List MSI Penyair Pengirim Nanang Suryadi NGIAU Oleh Sutardji Calzoum Bachri Suatu gang panjang menuju lumpur dan terang tubuhku mengapa panjang. Seekor kucing menjinjit tikus yang menggelepar tengkuknya. Seorang perempuan dan seorang lelaki bergigitan. Yang mana kucing yang mana tikusnya? Ngiau! Ah gang yang panjang. Cobalah tentukan! Aku kenal Afrika aku kenal Eropa aku tahu Benua aku kenal jam aku tagu jentara aku kenal terbang. Tapi bila dua manusia saling gigitan menanamkan gigi-gigi sepi mereka akan ragu menetapkan yang mana suka yang mana luka yang mana hampa yang mana makna yang mana orang yang mana kera yang mana dosa yang mana surga. sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri Date Wed, 17 Nov 1999 012704 -0800 Mailing List MSI Penyair Pengirim Nanang Suryadi O Oleh Sutardji Calzoum Bachri dukaku dukakau dukarisau dukakalian dukangiau resahku resahkau resahrisau resahbalau resahkalian raguku ragukau raguguru ragutahu ragukalian mauku maukau mautahu mausampai maukalian maukenal maugapai siasiaku siasiakau siasia siabalau siarisau siakalian siasia waswasku waswaskau waswaskalian waswaswaswaswaswaswaswaswaswas duhaiku duhaikau duhairindu duhaingilu duhaikalian duhaisangsai oku okau okosong orindu okalian obolong o risau o Kau O... sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri Date Wed, 17 Nov 1999 012704 -0800 Mailing List MSI Penyair Pengirim Nanang Suryadi PARA PEMINUM Oleh Sutardji Calzoum Bachri di lereng lereng para peminum mendaki gunung mabuk kadang mereka terpeleset jatuh dan mendaki lagi memetik bulan di puncak mereka oleng tapi mereka bilang -kami takkan karam dalam lautan bulan- mereka nyanyi nyanyi jatuh dan mendaki lagi di puncak gunung mabuk mereka berhasil memetik bulan mereka menyimpan bulan dan bulan menyimpan mereka di puncak semuanya diam dan tersimpan Sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri Date Wed, 17 Nov 1999 012704 -0800 Mailing List MSI Penyair Pengirim Nanang Suryadi SEPISAUPI Oleh Sutardji Calzoum Bachri sepisau luka sepisau duri sepikul dosa sepukau sepi sepisau duka serisau diri sepisau sepi sepisau nyanyi sepisaupa sepisaupi sepisapanya sepikau sepi sepisaupa sepisaupoi sepikul diri keranjang duri sepisaupa sepisaupi sepisaupa sepisaupi sepisaupa sepisaupi sampai pisauNya ke dalam nyanyi 1973 sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri Date Wed, 17 Nov 1999 012704 -0800 Mailing List MSI Penyair Pengirim Nanang Suryadi TANAH AIR MATA Oleh Sutardji Calzoum Bachri Tanah airmata tanah tumpah dukaku mata air airmata kami airmata tanah air kami di sinilah kami berdiri menyanyikan airmata kami di balik gembur subur tanahmu kami simpan perih kami di balik etalase megah gedung-gedungmu kami coba sembunyikan derita kami kami coba simpan nestapa kami coba kuburkan duka lara tapi perih tak bisa sembunyi ia merebak kemana-mana bumi memang tak sebatas pandang dan udara luas menunggu namun kalian takkan bisa menyingkir ke manapun melangkah kalian pijak airmata kami ke manapun terbang kalian kan hinggap di air mata kami ke manapun berlayar kalian arungi airmata kami kalian sudah terkepung takkan bisa mengelak takkan bisa ke mana pergi menyerahlah pada kedalaman air mata 1991 Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air DramatisasiPuisi Laskar Sastra FKIP UHO KendariTanah Air Mata Karya Sutardji Calzoum BACHRI yang di pentaskan di USN Kolaka saat Pentas Tour Kolaka Desem
Sutardji Calzoum Bachri TANAH AIRMATA Tanah airmata tanah tumpah dukaku mata air airmata kami airmata tanah air kami di sinilah kami berdiri menyanyikan airmata kami di balik gembur subur tanahmu kami simpan perih kami di balik etalase megah gedung-gedungmu kami coba sembunyikan derita kami kami coba simpan nestapa kami coba kuburkan duka lara tapi perih tak bisa sembunyi ia merebak kemana-mana bumi memang tak sebatas pandang dan udara luas menunggu namun kalian takkan bisa menyingkir ke manapun melangkah kalian pijak airmata kami ke manapun terbang kalian kan hinggap di air mata kami ke manapun berlayar kalian arungi airmata kami kalian sudah terkepung takkan bisa mengelak takkan bisa ke mana pergi menyerahlah pada kedalaman air mata kami
Beberapakaryanya berupa cerpen dan puisi tayang di media cetak dan online. Salin. Posting Komentar Posting Komentar Bacaan Menarik. Puisi: Tanah Air Mata (Karya Sutardji Calzoum Bachri) Puisi: Gugur (Karya W.S. Rendra) Puisi: Perempuan-Perempuan Perkasa (Karya Hartojo Andangdjaja) Walau Walau penyair besar takkan sampai sebatas allah dulu pernah kuminta tuhan dalam diri sekarang tak kalau mati mungkin matiku bagai batu tamat bagai pasir tamat jiwa membumbung dalam baris sajak tujuh puncak membilang-bilang nyeri hari mengucap-ucap di butir pasir kutulis rindu rindu walau huruf habislah sudah alif bataku belum sebatas allah Jembatan Sedalam-dalam sajak takkan mampu menampung airmata bangsa. Kata-kata telah lama terperangkap dalam basa-basi dalam teduh pekewuh dalam isyarat dan kisah tanpa makna. Maka aku pun pergi menatap pada wajah berjuta. Wajah orang jalanan yang berdiri satu kaki dalam penuh sesak bis kota. Wajah orang tergusur. Wajah yang ditilang malang. Wajah legam para pemulung yang memungut remah-remah pembangunan. Wajah yang hanya mampu menjadi sekedar penonton etalase indah di berbagai plaza. Wajah yang diam-diam menjerit mengucap tanah air kita satu bangsa kita satu bahasa kita satu bendera kita satu! Tapi wahai saudara satu bendera kenapa sementara jalan-jalan mekar di mana-mana menghubungkan kota-kota, jembatan-jembatan tumbuh kokoh merentangi semua sungai dan lembah yang ada, tapi siapakah yang akan mampu menjembatani jurang di antara kita? Di lembah-lembah kusam pada puncak tilang kersang dan otot linu mengerang mereka pancangkan koyak-moyak bendera hati dipijak ketidakpedulian pada saudara. Gerimis tak ammpu mengucapkan kibarnya. Lalu tanpa tangis mereka menyanyi padamu negeri airmata kami. Kucing Ngiau! Kucing dalam darah dia menderas lewat dia mengalir ngilu ngiau dia bergegas lewat dalam aortaku dalam rimba darahku dia besar dia bukan harimau bukan singa bukan hiena bukan leopar dia macam kucing bukan kucing tapi kucing ngiau dia lapar dia merambah rimba afrikaku dengan cakarnya dengan amuknya dia meraung dia mengerang jangan beri daging dia tak mau daging Jesus jangan beri roti dia tak mau roti ngiau kucing meronta dalam darahku meraung merambah barah darahku dia lapar 0 alangkah lapar ngiau berapa juta hari dia tak makan berapa ribu waktu dia tak kenyang berapa juta lapar lapar kucingku berapa abad dia mencari mencakar menunggu tuhan mencipta kucingku tanpa mauku dan sekarang dia meraung mencariMu dia lapar jangan beri daging jangan beri nasi tuhan menciptanya tanpa setahuku dan kini dia minta tuhan sejemput saja untuk tenang sehari untuk kenyang sewaktu untuk tenang.. Memahami Puisi, 1995 Daging daging coba bilang bagaimana arwah masuk badan bagaimana tuhan dalam denyutmu jangan diam nanti aku marah kalau kulahap kau aku enak sekejap aku sedih kau jadi taik daging kau kawan di bumi di tanah di resah di babi babi daging ging ging kugali gali kau buat kubur dari hari ke hari La Noche De Las Palabras El Diario de Modellin Di cafe jalanan Noventa Y Sieta, Medellin, Columbia kami mengepung bulan dan mereka yang mendengarkan puisi kami mencoba menaklukkan bulan dengan cara mereka berkomplot dengan anggur daun cerbeza bersekongkol dengan gadisgadis memancing bulan dengan keluasan dada Musim panas Menjulang di Medelin menampilkan sutera di keharibaan malam cuaca ratusan para lilin menyandar di pundak malam mengucap menyebutnyebut cahaya sambil mencoba memahami takdir di wajah-wajah usia kami para penyair meneruskan zikir kami -palabras palabras palabras palabras – –kata kata kata kata – semakin kental mengucap cahaya pun memadat sampai kami bisa buat sesuka kami atas padat cahaya lantas bulan kesurupan kesadaran kami meninggi bulan turun pada kami dan kami mengatasi bulan sampailah kami pada kerajaan kata-kata jika kami membilang ayah ia juga ayah kata-kata jika kami menyebut hari juga harinya kata-kata jika kami mengucap diri pastilah juga diri kata kata Di cafe jalanan Medellin purnama jatuh kata-kata menjadi kami kami menjadi kata kata Tapi aku bawakan bunga padamu tapi kau bilang masih aku bawakan resahku padamu tapi kau bilang hanya aku bawakan darahku padamu tapi kau bilang cuma aku bawakan mimpiku padamu tapi kau bilang meski aku bawakan dukaku padamu tapi kau bilang tapi aku bawakan mayatku padamu tapi kau bilang hampir aku bawakan arwahku padamu tapi kau bilang kalau tanpa apa aku datang padamu wah ! β€”β€”β€”β€”β€” Sutardji Calzoum Bachri adalah pujangga Indonesia terkemuka, ia dikelompokkan sebagai Sastrawan Angkatan 1966 – 1970-an. Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, pada 24 Juni 1941. Ia adalah anak kelima dari sepuluh orang bersaudara. Pada tahun 1982, ia menikah dengan seorang gadis pilihannya bernama Maryam Linda. Sutardji Calzoum Bachri memulai pendidikan dasarnya di SD, SMP, SMA dan kemudian melanjutkan ke Fakultas Sosial Politik Sospol, Jurusan Administrasi Negara, Universitas Padjadjaran Bandung, namun tidak selesai. Selain menempuh jalur pendidikan formal, Sutardji juga telah mengikuti berbagai program pendidikan non-formal seperti peserta Poetry Reading International di Rotterdam tahun 1974 dan mengikuti International Writing Program di IOWA City Amerika Serikat selama satu tahun tahun 1975. Ia juga pernah mengikuti penataran P4 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta tahun 1984, dan lulus sebagai peringkat pertama dalam 10 terbaik. Baca Puisi-puisi Karya Rudi Santoso *** Laman Puisi terbit setiap hari Minggu. Secara bergantian menaikkan puisi terjemahan, puisi kontemporer nusantara, puisi klasik, dan kembali ke puisi kontemporer dunia Melayu. Silakan mengirim puisi pribadi, serta puisi terjemahan dan klasik dengan menuliskan sumbernya ke email [email protected] [redaksi]
Sumber Horison (Juni, 1970) Puisi: Ngiau. Karya: Sutardji Calzoum Bachri. Biodata Sutardji Calzoum Bachri. Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, pada tanggal 24 Juni 1941. Sutardji Calzoum Bachri merupakan salah satu pelopor penyair angkatan 1970-an.
Puisi Mesinkawin Karya: Sutardji Calzoum Bachri. burung membuat sarang diluar bunga menjadi buah ditaman dua seksolog
Contohpuisi karya Sutardji Calzoum Bachri di atas tampak tak bermakna dan tak mengandung amanat, hanya seperti permainan kata-kata belaka. Menurut Junus (1981), sajak-sajaknya tidak dibebani lagi oleh penyampaian amanat, karena baik amanat maupun lukisan telah diintegrasikan ke dalam strukturnya dan baru dapat dijumpai kembali setelah proses penganalisisan.
Puisi Tanah Air Mata (Karya Sutardji Calzoum Bachri) Puisi: Doa (Karya Amir Hamzah) Puisi: Ibu (Karya Chairil Anwar) Puisi: Post Scriptum (Karya Toeti Heraty) Puisi: Suara Malam (Karya Chairil Anwar) Puisi: Karena Kasihmu (Karya Amir Hamzah) Topik Bacaan Akuntansi. Android.
Parapeminum, dengan segala kelemahan dan ketidakstabilan mereka, mencapai puncak gunung mabuk dan memetik bulan. Puisi ini mengajak kita untuk merenungkan makna kehidupan dan pentingnya mencari pemahaman diri yang lebih dalam. Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, pada tanggal 24 Juni 1941.
.
  • r1hp2lwje5.pages.dev/350
  • r1hp2lwje5.pages.dev/146
  • r1hp2lwje5.pages.dev/464
  • r1hp2lwje5.pages.dev/23
  • r1hp2lwje5.pages.dev/936
  • r1hp2lwje5.pages.dev/563
  • r1hp2lwje5.pages.dev/232
  • r1hp2lwje5.pages.dev/57
  • r1hp2lwje5.pages.dev/342
  • r1hp2lwje5.pages.dev/770
  • r1hp2lwje5.pages.dev/617
  • r1hp2lwje5.pages.dev/793
  • r1hp2lwje5.pages.dev/123
  • r1hp2lwje5.pages.dev/599
  • r1hp2lwje5.pages.dev/52
  • puisi tanah airmata karya sutardji calzoum bachri