KumpulanPuisi Karya : W.S RENDRA. Share This . About Unknown. By Unknown di Oktober 07, 2017. Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Perahu Kertas Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas dan kau layarkan di tepi kali; alirnya sangat tenang, dan Puisi: Sajak - Hartojo Andangdjaja (1930-1990)
Mengungkapkan cinta memang banyak bentuknya, ada yang melalui kata-kata, bahkan ada yang diabadikan melalui hal itu juga yang dialami oleh Willibrordus Surendra Broto Rendra, atau yang lebih akrab dikenal dengan nama Rendra merupakan seorang penyair, dramawan, pemeran sekaligus sutradara teater asal Indonesia. Ia pun kerap mengabadikan curahan hatinya melalui puisi, baik bertemakan cinta atau jika memang ingin melihat lebih jauh terkait karyanya, kali ini telah merangkum beberapa puisi cinta karya Rendra yang penuh makna dan Serenda biruUnsplash/Daniel ÁlvasdAlang-alang dan rumputanbulan mabuk di dan rumputanangin membawa bau putihselalu berubah rupayang datang deritaKetika hujan datangmalamnya sudah tuaangin sangat garangdinginnya tak bangkit dari tidurkudan menatap langit janganlah angin itumenyingkap selimut kekasihku!Editors' Picks2. EpisodeFreepik/ProstoolehKami duduk berduadi bangku halaman jambu di halaman ituberbuah dengan lebatnyadan kami senang yang lewatmemainkan daun yang ia bertanya“Mengapa sebuah kancing bajumulepas terbuka?”Aku hanya ia sematkan dengan mesrasebuah peniti menutup itu aku bersihkanguguran bunga jambuyang mengotori – ganas karena bahagia dan sedih,indah dan gigih cinta kita di dunia yang fanaNyawamu dan nyawaku dijodohkan langit,dan anak kita akan lahir di cakrawalaAda pun mata kita akan terus bertatapan hingga berabad-abad lamanyaJuwitaku yang cakap meskipun tanpa dandananuntukmu hidupku kehidupan berpendar-endar menakjubkanIsyarat-isyarat getaran ajaib menggerakkan penakuTanpa sekejap pun luput dari kenangan padamuaku bergerak menulis pamplet, mempertahankan kehidupan4. Pamplet cintaPixabay/fotoworkshop4you-2995268Ma, nyamperin matahari dari satu sisiMemandang wajahmu dari segenap jurusanAku menyaksikan zaman berjalan kalangkabutanAku melihat waktu melaju melanda masyarakatkuAku merindukan wajahmu,Dan aku melihat wajah-wajah berdarah para mahasiswaKampus telah diserbu mobil berlapis bajaKata-kata telah dilawan dengan senjataAku muak dengan gaya keamanan semacam iniKenapa keamanan justru menciptakan ketakutan dan keteganganSumber keamanan seharusnya hukum dan akal sehatKeamanan yang berdasarkan senjata dan kekuasaan adalah penindasanSuatu malam aku mandi di lautanSepi menjadi kacaBunga-bunga yang ajaib bermekaran di langitAku inginkan kamu, tapi kamu tidak adaSepi menjadi kacaApa yang bias dilakukan oleh penyairbila setiap kata telah dilawan dengan kuasa?Udara penuh rasa curigaTegur sapa tanpa jaminan5. OptimismePexels/Andrea PiacquadioCinta kita berdua adalah istana dari porselenAngin telah membawa kedamaianMembelitkan kita dalam pelukanBumi telah member kekuatan,Karena kita telah melangkahdengan ketegasanMuraiku,Hati kita berdua adalah pelangi selusin warnaNah, itulah beberapa kumpulan puisi cinta karya Rendra yang bisa dinikmati. Beberapa puisi tersebut juga ada yang ditujukan untuk istrinya dahulu, yaitu Sunarti dari sekian banyak puisi Rendra yang paling menyentuh hati?Baca juga10 Puisi Cinta Romantis Karya Sastrawan yang Bikin Hati Pasangan LuluhBikin Baper, Ini 5 Puisi Cinta Karya Sapardi Djoko Damono Menyentuh, 40 Puisi Putri Marino yang Mengajarkan Arti Kehidupan
puisi waktu karya ws rendra
PotretPembangunan dalam Puisi —————— PAMPLET CINTA. Oleh : W.S. Rendra. Ma, nyamperin matahari dari satu sisi. Memandang wajahmu dari segenap jurusan. Aku menyaksikan zaman berjalan kalangkabutan. Aku melihat waktu melaju melanda masyarakatku. Aku merindukan wajahmu, dan aku melihat wajah-wajah berdarah para mahasiswa. Kampus telah

Beranda 5 Puisi Atasan dan Bawahan Paling Bikin Gregetan 6 Puisi Cinta LDR Ini Bakal Bikin Kamu Sedih Bin Galau, Jangan Baca! 7 Puisi Jomblo Paling Ngenes dan Bikin Baper – Ayo Mblo Pada Ngumpul! Siapa Sih Norman Adi Satria? Kirim Puisi Puisi Normantis Puisi Cinta Tak Harus Romantis! Home Cinta Seks Bertepuk Sebelah Tangan Cemburu Cinta Sejati Galau Jomblo Kesetiaan Cinta Konflik Cinta LDR Mantan Selingkuh Rayuan Gombal Kehidupan Sahabat Atasan dan Bawahan Ayah Ibu Suami Istri Kebangsaan Puisi Kehidupan Rakyat Miskin Puisi Politik dan Pemerintahan Puisi Sejarah Nyeleneh Puisi Jenaka Religi Puisi Islami Puisi Rohani Katolik dan Kristen Puisi Toleransi Beragama Renungan Sindiran Amarah Pemikiran Esai Bedah Puisi Tips & Trik Penulisan Quotes Cerpen Humor Penyair Norman Adi Satria Pramoedya Ananta Toer Chairil Anwar WS Rendra Sapardi Djoko Damono Remy Sylado Kahlil Gibran Jalaluddin Rumi Ajip Rosidi Emha Ainun Nadjib Cak Nun Seno Gumira Ajidarma Joko Pinurbo Goenawan Mohamad Gus Mus Wiji Thukul Sujiwo Tejo Sitor Situmorang Subagio Sastrowardoyo Soe Hok Gie Dewi “Dee” Lestari Djenar Maesa Ayu Mohammad Yamin Bambang Trim Socrates Plato Asrul Sani Tatengkeng Sanusi Pane Eduard Douwes Dekker Multatuli Rustam Effendi Sumarso “Osram” Sumarsono Kiriman Pembaca Budi Lengket Nyi Galuh Titi Aoska Moksa Saf Rin Karim Angga Pradipta Riska Cania Dewi Fenia Eva Saputri Devi Ardiyanti Aniva Kusuma Wardani Mohammad Sya’roni Normantis Update 17 September 2018 in Cinta Sejati // Sajak Pelacur Senja – Wahyu Arsyad 17 September 2018 in // Seorang Laki-Laki dan Masalalu – Puisi Kiriman Yanwi Mudrikah 17 September 2018 in // Ketika Menikah Itu – Puisi Kiriman Yanwi Mudrikah 9 September 2018 in Ibu // Gagal Bad Boy – Puisi Wahyu Arsyad 1 Mei 2018 in // Lagu Persetubuhan – Puisi Wiji Thukul 24 April 2018 in Cerpen // Sujiwo Tejo Antara “Yayang” dan “Yang Mulia” 23 April 2018 in Esai // Sujiwo Tejo Kejahatan Kera Bukan Kerah Putih 23 April 2018 in Cerpen // Cerpen Cak Nun Podium 23 April 2018 in Esai // Pengalaman Sekitar Menulis Karangan Sastera – Sutan Takdir Alisjahbana 19 April 2018 in Esai // Kegalauan Kartini – Oleh Norman Adi Satria 16 Maret 2018 in // Di Tanah Negeri Ini Milikmu Cuma Tanah Air – Puisi Wiji Thukul 16 Maret 2018 in // Puisi Si Buta – Wiji Thukul 15 Maret 2018 in Cerpen // Cerpen Rendra Ia Membelai-Belai Perutnya 15 Maret 2018 in Cerpen // Cerpen Rendra Pohon Kemboja 13 Maret 2018 in La Ode Muhammad Jannatun // Kepadamu yang Terlanjur Abadi – Puisi Kiriman La Ode Muhammad Jannatun 17 Februari 2018 in Cerpen // Cerpen Tentang Transgender karya Cak Nun BH 13 Februari 2018 in Cerpen // Cerpen Rendra Ia Masih Kecil 11 Februari 2018 in Bertepuk Sebelah Tangan // Mencintaimu Dalam Diam – Puisi Kiriman Nuriman N. Bayan 5 Februari 2018 in Ibu // Tiga Sajak Kecil – Sapardi Djoko Damono 5 Februari 2018 in // Ruang Tunggu – Puisi Sapardi Djoko Damono 5 Februari 2018 in // Tiga Sajak Ringkas Tentang Cahaya – Sapardi Djoko Damono 20 Desember 2017 in Indra Lesmana // Kembali Mengingatmu Cinta Sejati – Puisi Kiriman Indra Lesmana 20 Desember 2017 in Galau // Daras Untuk Pujaan – Puisi Kiriman Kiaara 17 Desember 2017 in Esai // Esai Sujiwo Tejo Mesin Cuci Perempuan Itu Multitasking 30 November 2017 in Chairil Anwar // Dua Sajak Buat Basuki Resobowo – Chairil Anwar 25 November 2017 in // Baju Loak Sobek Pundaknya – Puisi Wiji Thukul 25 November 2017 in // Aku Masih Utuh dan Kata-Kata Belum Binasa – Puisi Wiji Thukul 25 November 2017 in // Momok Hiyong – Puisi Wiji Thukul 25 November 2017 in // Aku Berkelana di Udara – Puisi Wiji Thukul 23 Oktober 2017 in // Titik-Titik – Puisi Kiriman Wahyu Pamungkas 18 Oktober 2017 in // Terus Terang Saja – Puisi Wiji Thukul 18 Oktober 2017 in // Buron – Puisi Wiji Thukul 5 Oktober 2017 in // Dua Telur – Puisi Kiriman Wahyu Arsyad 5 Oktober 2017 in Anja Oktovano // Nola Dalam Imagi – Puisi Kiriman Anja Oktovano 26 September 2017 in // Sudah Dibajak – Puisi Sutan Takdir Alisjahbana 20 September 2017 in Cerpen // Laki-Laki Tanpa Celana – Cerpen Joko Pinurbo 18 September 2017 in Norman Adi Satria // Zaman Musa VS Zaman Herodes – Puisi Norman Adi Satria 14 September 2017 in Mantan // Mantanku Kupu-Kupu – Puisi Norman Adi Satria 12 September 2017 in Norman Adi Satria // Surat Abang Kepada Adiknya yang Nyaris Dipenjara – Puisi Norman Adi Satria 6 September 2017 in Mantan // Layangan Temangsang – Puisi Norman Adi Satria Karya WS Rendra Posted in Atasan dan Bawahan, Penyair, WS Rendra // 1 Comment Waktu - Puisi WS Rendra WAKTU Karya WS Rendra Waktu seperti burung tanpa hinggapan melewati hari-hari rubuh tanpa ratapan sayap-sayap mukjizat terkebar dengan cekatan. Waktu seperti butir-butir air dengan nyanyi dan tangis angin silir berpejam mata dan pelesir tanpa akhir. Dan waktu juga seperti pawang tua menunjuk arah cinta dan arah keranda. WS Rendra Buku Stanza dan Blues – Malam Stanza Beri peringkatBagikan ini Terkait BurungCintaMalam StanzaNormantisPuisiPuisi Filosofi dan FilsafatPuisi KematianPuisi MiniPuisi NormantisPuisi PendekPuisi WS RendraRenunganStanza dan BluesWaktuWS Rendra BERANI NONTON VIDEO NORMANTIS? KLIK AJA!KARYA TERBARU Mau dapat update Puisi Normantis tiap hari? Bergabung dengan pelanggan lain 1 Comment on Waktu – Puisi WS Rendra Apa Pesan dari puisi ini?? SukaSuka Komentar Norman Adi Satria Remy Sylado Budi Lengket Joko Pinurbo Ajip Rosidi Sapardi Djoko Damono WS Rendra Gus Mus Dewi Dee Lestari Seno Gumira Ajidarma Jalaluddin Rumi Sujiwo Tejo Soe Hok Gie Djenar Maesa Ayu Bambang Trim Wiji Thukul Goenawan Mohamad Pramoedya Ananta Toer Chairil Anwar Kahlil Gibran Nyi Galuh Plato Socrates Mohammad Yamin Asrul Sani Emha Ainun Nadjib Cak Nun Tatengkeng Sanusi Pane

WSRendra. (Ist) Mengenang satu dekade WS. Rendra, Aktivis 1980-an Himawan Sutanto menuliskan kepada pembaca peran Puisi Rendra dalam sejarah perubahan politik Indonesia kontemporer. (Redaksi) Oleh: Himawan Sutanto. SEBAGAI aktivis mahasiswa dari Institut Seni Indonesia, saya sangat akrab dengan puisi atau naskah karya WS

Dalam dunia sastra, di Indonesia sendiri telah lahir banyak sastrawan terkemuka yang melegenda. Nama-namanya pun telah mendunia dan dapat menginspirasi bagi siapapun yang membaca dan merenungi puisi-puisinya, salah satunya ialah Rendra. Kumpulan Puisi Rendra yang Populer Dikutip dari laman rendra dikenal sebagai penyair paling kaya di Indonesia. Tak heran, karena ia sangat produktif dalam menciptakan dan memanfaatkan metafora-metafora untuk mendukung citraan dramatik dan visual dalam sajak-sajaknya. Bahkan, Rendra juga mendapatkan julukan sebagai Si Burung Merak atas penampilannya sebagai penyair yang selalu mempesona penonton. Seorang pencinta, layaknya merak yang merentangkan ekor cantiknya untuk menarik perhatian sang kekasih. Berikut kumpulan puisi Rendra 1. Temperamen Batu kali ditimpa terik matahari. Betapa panasnya! Ketika malam kembali membenam kali pun tenteram. Bulannya sejuk dan air bernyanyi tiada henti. Jika kita marah pada kekasih selamanya. 2. Bunga Gugur Bunga gugur di atas nyawa yang gugur gugurlah semua yang bersamanya Kekasihku. Bunga gugur di atas tempatmu terkubur gugurlah segala hal ikhwal antara kita. Baiklah kita ikhlaskan saja tiada janji kan jumpa di sorga karena di sorga tiada kita kan perlu asmara. Asmara cuma lahir di bumi di mana segala berujung di tanah mati ia mengikuti hidup manusia dan kalau hidup sendiri telah gugur gugur pula ia bersama sama. Ada tertinggal sedikit kenangan tapi semata tiada lebih dari penipuan atau semacam pencegah bunuh diri. Mungkin ada pula kesedihan itu baginya semacam harga atau kehormatan yang sebentar akan pula berantakan. Kekasihku. Gugur, ya, gugur semua gugur hidup, asmara, embun di bunga – yang kita ambil cuma yang berguna. Puisi Rendra Tentang Cinta Selain dua puisi populer diatas, puisi Rendra bertema cinta juga tidak kalah terkenal. Lewat bukunya berjudul Puisi-puisi Cinta yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka, Rendra membukukan 30 judul puisi cintanya. Puisi-puisi cinta tersebut ia bagi ke dalam tiga masa, yakni Puber Pertama 1954-1958 yang ia tulis pada masa kuliahnya di Universitas Gadjah Mada. Puber Kedua 1968-1977, yaitu puisi-puisi yang ditulis selepas ia kuliah di New York. Terakhir, Puber Ketiga 1992-2003, berisi puisi-puisi yang ditulisnya dalam masa reformasi 1998. Puber Pertama 1954-1958 Pada Puber Pertama terdapat 24 puisi, berisi tentang kisah percintaan remaja yang apa adanya. Manis dan romantis sekali. Disajikan berbentuk pendek, ringan, dan sederhana, tetapi sangat menunjukkan perasaan orang yang sedang dilanda cinta. Puisi-puisi itu berjudul Permintaan, Rambut, Kangen, Baju, Papaya, Sepeda, Rok Hijau, Kami Berdua, Kegemarannya, Tempramen, Pahatan, Kepada Awan Lewat, Tobat, Sepeda Kekasih, Dua Burung, Telah Satu, Optimisme, Pantun, Ayam Jantan, Janganlah Jauh, Kekasih, Angin Jahat, Membisiki Telinga Sendiri, dan Bunga Gugur. 1. Permintaan Wahai, rembulan yang bundar jenguklah jendela kekasihku! Ia tidur sendirian, hanya berteman hati yang rindu. 2. Rambut Rambut kekasihku sangat indah dan panjang. Katanya, rambut itu untuk menjerat hatiku. Kangen Pohon cemara dari jauh membayangkan panjang rambutnya maka aku pun kangen kekasihku. 3. Kami Berdua Karena sekolah kami belum selesai kami berdua belum dikawinkan. Tetapi di dalam jiwa anak-cucu kami sudah banyak. 4. Kegemarannya Pacarku gemar mendengar aku mendongeng. Dalam mendongeng selalu kusindirkan bahwa aku sangat mencintainya. 5. Pahatan Di bawah pohon sawo di atas bangku panjang di bawah langit biru di atas bumi kelabu –Istirahlah dua buah hati rindu. 6. Dua Burung Adalah dua burung bersama membuat sarang. Kami berdua serupa burung terbang tanpa sarang. 7. Telah Satu Gelisahmu adalah gelisahku. Berjalanlah kita bergandengan dalam hidup yang nyata, dan kita cintai. Lama kita saling bertatap mata dan makin mengerti tak lagi bisa dipisahkan. Engkau adalah peniti yang telah disematkan. Aku adalah kapal yang telah berlabuh dan ditambatkan. Kita berdua adalah lava yang tak bisa lagi diuraikan. 8. Optimisme Cinta kita berdua adalah istana dari porselen. Angin telah membawa kedamaian membelitkan kita dalam pelukan. Bumi telah memberi kekuatan, kerna kita telah melangkah dengan ketegasan. 9. Janganlah Jauh Janganlah jauh bagai bulan hanya bisa dipandang. Jadilah angin membelai rambutku. Dan kita nanti akan selalu berjamahan. 10. Kekasih Kekasihku seperti burung murai. Suaranya merdu. Matanya kaca. Hatinya biru. Kekasihku seperti burung murai. Bersarang indah di dalam hati. Muraiku, hati kita berdua adalah pelangi selusin warna. 11. Bunga Gugur Bunga gugur di atas nyawa yang gugur gugurlah semua yang bersamanya Kekasihku. Bunga gugur di atas tempatmu terkubur gugurlah segala hal ikhwal antara kita. Baiklah kita ikhlaskan saja tiada janji kan jumpa di sorga karena di sorga tiada kita kan perlu asmara. Asmara cuma lahir di bumi di mana segala berujung di tanah mati ia mengikuti hidup manusia dan kalau hidup sendiri telah gugur gugur pula ia bersama sama. Ada tertinggal sedikit kenangan tapi semata tiada lebih dari penipuan atau semacam pencegah bunuh diri. Mungkin ada pula kesedihan itu baginya semacam harga atau kehormatan yang sebentar akan pula berantakan. Kekasihku. Gugur, ya, gugur semua gugur hidup, asmara, embun di bunga – yang kita ambil cuma yang berguna. Puber Kedua 1968-1977 Berbeda dengan Puber Pertama yang berisi puisi-puisi cinta pendek. Di Puber Kedua puisi yang disajikan lebih panjang dan kompleks mengenai kehidupan. Puber kedua terdapat 3 puisi yang berjudul Surat Seorang Istri Siasat, 30 April 1968, Balik Kamu Balik 1972, dan Bukannya di Madrid 1977. Puber Ketiga 1992-2003 Puber Ketiga, yaitu puisi-puisi cinta yang Rendra tulis pada tahun 1992-2003. Terutama di masa reformasi 1998, hal itu karena Rendra juga semakin terbuka dengan wajah negara dan ketatanegaraan. Maka dari itu, ketiga puisi terakhir pada Puber Ketiga berisi penyadaran kritis ketatanegaraan dan antropologis kebangsaan Indonesia. Ketiga puisi-puisi cinta itu berjudul Sajak Cinta Ditulis Pada Usia 57, Hai Ma!, dan Barangkali Karena Bulan. 1. Sajak Cinta Ditulis pada Usia 57 Setiap ruang yang tertutup akan retak karena mengandung waktu yang selalu mengimbangi Dan akhirnya akan meledak bila tenaga waktu terus terhadang Cintaku kepadamu Juwitaku Ikhlas dan sebenarnya Ia terjadi sendiri, aku tak tahu kenapa Aku sekedar menyadari bahwa ternyata ia ada Cintaku kepadamu Juwitaku Kemudian meruang dan mewaktu dalam hidupku yang sekedar insan Ruang cinta aku berdayakan tapi waktunya lepas dari jangkauan Sekarang aku menyadari usia cinta lebih panjang dari usia percintaan Khazanah budaya percintaan… pacaran, perpisahan, perkawinan tak bisa merumuskan tenaga waktu dari cinta Dan kini syairku ini Apakah mungkin merumuskan cintaku kepadamu Syair bermula dari kata, dan kata-kata dalam syair juga meruang dan mewaktu lepas dari kamus, lepas dari sejarah, lepas dari daya korupsi manusia Demikianlah maka syairku ini berani mewakili cintaku kepadamu Juwitaku belum pernah aku puas menciumi kamu Kamu bagaikan buku yang tak pernah tamat aku baca Kamu adalah lumut di dalam tempurung kepalaku Kamu tidak sempurna, gampang sakit perut, gampang sakit kepala dan temperamenmu sering tinggi Kamu sulit menghadapi diri sendiri Dan dibalik keanggunan dan keluwesanmu kamu takut kepada dunia Juwitaku Lepas dari kotak-kotak analisa cintaku kepadamu ternyata ada Kamu tidak molek, tetapi cantik dan juwita Jelas tidak immaculata, tetapi menjadi mitos di dalam kalbuku Sampai disini aku akhiri renungan cintaku kepadamu Kalau dituruti toh tak akan ada akhirnya Dengan ikhlas aku persembahkan kepadamu Cintaku kepadamu telah mewaktu Syair ini juga akan mewaktu Yang jelas usianya akan lebih panjang dari usiaku dan usiamu 2. Hai, Ma! Ma, bukan maut yang menggetarkan hatiku tetapi hidup yang tidak hidup karena kehilangan daya dan kehilangan fitrahnya ada malam-malam aku menjalani lorong panjang tanpa tujuan kemana-mana hawa dingin masuk kebadanku yang hampa padahal angin tidak ada bintang-bintang menjadi kunang-kunang yang lebih menekankan kehadiran kegelapan tidak ada pikiran, tidak ada perasaan, tidak ada suatu apa. Hidup memang fana, Ma tetapi keadaan tak berdaya membuat diriku tidak ada kadang-kadang aku merasa terbuang ke belantara dijauhi Ayah Bunda dan ditolak para tetangga atau aku terlantar di pasar aku bicara tetapi orang-orang tidak mendengar mereka merobek-robek buku dan menertawakan cita-cita aku marah, aku takut, aku gemetar namun gagal menyusun bahasa. Hidup memang fana, Ma itu gampang aku terima tetapi duduk memeluk lutut sendirian di savana membuat hidupku tak ada harganya kadang-kadang aku merasa ditarik-tarik orang kesana kemari mulut berbusa sekadar karena tertawa hidup cemar oleh basa basi dan orang-orang mengisi waktu dengan pertengkaran edan yang tanpa persoalan atau percintaan tanpa asmara dan sanggama yang tidak selesai Hidup memang fana tentu saja, Ma tetapi akrobat pemikiran dan kepalsuan yang dikelola mengacaukan isi perutku lalu mendorong aku menjeri-jerit sambil tak tahu kenapa rasanya setelah mati berulang kali. Tak ada lagi yang mengagetkan dalam hidup ini. Tetapi Ma, setiap kali menyadari adanya kamu di dalam hidupku ini aku merasa jalannya arus darah di sekujur tubuhku. Kelenjar-kelenjarku bekerja sukmaku bernyanyi, dunia hadir cicak di tembok berbunyi tukang kebun kedengaran berbicara pada putranya hidup menjadi nyata, fitrahku kembali. Mengingat kamu Ma, adalah mengingat kewajiban sehari-hari kesederhanaan bahasa prosa, keindahan isi puisi kita selalu asyik bertukar pikiran ya Ma? masing-masing pihak punya cita-cita masing-masing pihak punya kewajiban yang nyata Hai Ma! apakah kamu ingat aku peluk kamu di atas perahu ketika perutmu sakit dan aku tenangkan kamu dengan ciuman-ciuman di lehermu? Masyaallah… Aku selalu kesengsem pada bau kulitmu Ingatkah waktu itu aku berkata kiamat boleh tiba, hidupku penuh makna Hehehe waahh.. Aku memang tidak rugi ketemu kamu di hidup ini dan apabila aku menulis sajak aku juga merasa bahwa kemaren dan esok adalah hari ini. Bencana dan keberuntungan sama saja. Langit di luar, langit di badan bersatu dalam jiwa. Sudah ya, Ma… Jarijari waktu menggamitku. Aku menyimak kepada arus kali. Lagu margasatwa agak mereda. Indahnya ketenangan turun ke hatiku. Lepas sudah himpitan-himpitan yang mengekangku. * Boleh Baca: Kumpulan Puisi Bertema Hari Kebangkitan Nasional Karya Taufik Ismail. Puisi 3: Sajak Sebatang Lisong. Karya W.S. Rendra. Menghisap sebatang lisong melihat Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Waluyo 2002 1 mengungkapkan bahwa puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi rima dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata0kata kias. Suroto 1989 40 berpendapat bahwa secara bebas dapat dikatakan bahwa puisi adalah karangan yang singkat, padat, dan pekat. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka puisi merupakan suatu karya sastra tertulis yang berisi ungkapan penulis mengenai pikiran, emosi, maupun pengalaman yang dituangkan dalam bentuk tulisan dengan bahasa yang terikat oleh rima dan sastra seperti puisi yang melalui proses suatu proses penelaahan, penilaiain, penghargaan, dan pengamatan terhadap karya sastra puisi dengan memperhatikan bagian-bagian penting yang terkandung dalam puisi seperti unsur-unsur puisi, citraan puisi, dan nilai-nilai puisi disebut dengan kajian apresiasi puisi. Kajian apresiasi puisi biasanya berisi mengenai kelebihan dan kekurangan suatu puisi yang dikaji dengan memperhatikan segi-segi estetikanya. apresiasi merupakan suatu proses mencermati, mendengar, menghayati, menilai, menjiawai, dan membandingkan atau menghargai suatu karya baik karya seni maupun karya sastra dengan memperhatikan segi ini merupakan apresiasi puisi berjudul Telah Satu karya Rendra Telah Satu RendraGelisahmu adalah kita bergandengandalam hidup yang nyata, dan kita kita saling bertatap matadan makin mengerti 1 2 3 Lihat Bahasa Selengkapnya
Dalamkarya-karyanya, WS Rendra tak hanya sekadar memberikan kritik, namun kita dapat menemukan nilai-nilai kehidupan melalui gagasan positif dalam puisi gubahannya. Menurut Fraenkel dalam Wulandari S. 2010, nilai merupakan standar penuntun perilaku seseorang dalam menuntun apa yang indah, berharga efisien, atau tidaknya sesuatu.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Puisi adalah salah satu jenis karya sastra. Menurut Menurut Waluyo dalam Azizah 2015 puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata yang kias atau imajinatif. Puisi diringkas dengan kata-kata yang indah sehingga dapat disebut sebagai mahakarya. Setiap puisi pula memiliki pesan setiap baitnya, maka setiap penyair atau pencipta puisi memiliki gaya kepenulisannya atau ciri khas Indonesia, banyak sekali penyair-penyair terkenal, WS Rendra contohnya. Rendra atau lengkapnya Wahyu Sulaiman Rendra adalah penyair terkenal dengan ciri khas puisinya yaitu tentang isu-isu sosial seperti kesenjangan dan masalah lingkungan lainnya. WS Rendra bahkan mengatakan bahwa "Apakah artinya kesenian bila terpisah dari derita lingkungan? Apakah artinya berpikir bila terpisah dari masalah keshidupan". Kutipan tersebut menggambarkan bahwa puisi bukan hanya bait-bait dengan keindahan semata. Salah satu karya WS Rendra adalah Sajak Orang Kepanasan. Puisi Sajak Orang Kepanasan adalah puisi bertemakan sosial. Dari judulnya menggambarkan bahwa puisi ini mewakili orang dengan status sosial dibawah. Hal tersebut dapat diperjelas lagi melalui bait puisi yaitu "Karena kami telantar dijalan dan kamu memiliki semua keteduhan" yang dapat dipahami bahwa terdapat perbedaan atau kesenjangan antara orang kaya dengan kehidupannya yang mewah nan nyamannya dan orang miskin dengan kehidupannya yang susah. Puisi ini memiliki banyak pesan didalamnya, maka dari itu mari kita analisis lebih lanjut mengenai puisi Sajak Orang Kepanasan karya WS Rendra ini. Sajak Orang KepanasanOleh WS RendraKarena kami makan akardan terigu menumpuk di gudangmu. Karena kami hidup berhimpitandan ruangmu berlebihanmaka kita bukan sekutu. 1 2 3 4 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Waktuia pulang dan mulai tampil dengan "Bib-Bob" yang menggemparkan itu, ternyata Rendra sudah jadi. Adapun beberapa karya hebat Rendra yaitu, Balada Orang-Orang Tercinta (1957), 4 Kumpulan Sajak (1961), Blues untuk Bonie (1971), Sajak-Sajak Sepatu Tua (1972), Nyanyian Orang Urakan (1985), Potret Pembangunan dalam Puisi (1983), Disebabkan oleh Pikiranserta perasaan sang penyair kemudian disusun dengan fokus pada kekuatan bahasanya dengan struktur fisik dan batinnya. Di Indonesia, kita memiliki banyak penyair puisi yang telah menghasilkan karya-karya fenomenal dan terkenal. Sebut saja Chairil Anwar, WS Rendra, Taufik Ismail, Sapardi Joko Damono, dan masih banyak lagi yang lainnya.

SATIREDALAM PUISI "POTRET PEMBANGUNAN" KARYA WS RENDRA Yang Disusun dan Diajukan oleh MANJARREKI KADIR Nomor Induk Mahasiswa : .16 Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis pada Tanggal 07 Juni 2018 Menyetujui Komisi Pembimbing Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. Siti Aida Azis, M.Pd. Dr. Drs. Abdul Munir, M.Pd.

Waktuitu hujan rinai. Aku menarik sehelai plastik dari tong sampah tepat pada waktu kamu juga menariknya. Kita saling berpandangan. Kamu menggendong anak kecil di punggungmu. Aku membuka mulut, hendak mengatakan sesuatu .. Tak sempat! Lebih dulu tinjumu melayang ke daguku .. Dalam pandangan mata berkunang-kunang, aku melihat kamu .
  • r1hp2lwje5.pages.dev/593
  • r1hp2lwje5.pages.dev/524
  • r1hp2lwje5.pages.dev/760
  • r1hp2lwje5.pages.dev/205
  • r1hp2lwje5.pages.dev/562
  • r1hp2lwje5.pages.dev/855
  • r1hp2lwje5.pages.dev/101
  • r1hp2lwje5.pages.dev/533
  • r1hp2lwje5.pages.dev/217
  • r1hp2lwje5.pages.dev/385
  • r1hp2lwje5.pages.dev/549
  • r1hp2lwje5.pages.dev/647
  • r1hp2lwje5.pages.dev/470
  • r1hp2lwje5.pages.dev/885
  • r1hp2lwje5.pages.dev/476
  • puisi waktu karya ws rendra